Seorang pemimpin
harus memiliki gaya dan cara memimpin yang tepat untuk timnya entah dalam
lingkup sekolah, masyarakat, militer, perusahaan atau yang lainnya. Pengambilan
sikap dan langkah yang salah dari seorang pemimpin akan membawa timnya kedalam
kehancuran dan ketidakharmonisan. Bisa kita lihat kasusnya di kehidupan kita
sehari-hari dan juga lingkungan disekitar kita. Seperti misalnya ketua kelas yang setengah hati
menjalankan tugasnya, Bos perusahaan yang tidak peduli dengan karyawannya,
pemimpin daerah (pejabat) yang korupsi atau tidak becus dalam pekerjaannya seperti hanya
membual dan memberikan janji-janji manis tanpa realisasi dari janji yang
diucapkannya. Untuk itu para pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang
tepat dalam situasi dan kondisi yang dihadapinya, agar bisa membawa tim
mencapai tujuan yang sudah direncanakan.
Pada awal
pemunculan teori kepemimpinan telah diidentifikasikan berbagai kondisi para pemimpin hebat Penampilan fisik, inteligensia, dan kemampuan berbicara di kalangan
publik merupakan ciri khas yang harus dimiliki oleh para pemimpin. Pada waktu
itu banyak diyakini bahwa orang bertubuh tinggi lebih baik kemampuan
memimpinnya dibandingkan dengan orang yang bertubuh pendek. Namun belakangan
ini telah terjadi pergeseran, cara pandang tidak lagi pada penampilan fisik,
melainkan pada gaya kepemimpinan. Griffin dan Ebert
mengemukakan 3 (tiga) gaya kepemimpinan, yaitu:
Gaya Otokratik
(autocraticstyle)
Pemimpin dengan
gaya otokratik pada umumnya memberikan perintah-perintah dan meminta
bawahan untuk mematuhinya. Para komandan militer di medan perang umumnya
menerapkan gaya ini. Pemimpin yang menerapkan gaya ini tidak memberikan cukup
waktu kepada para bawahan untuk bertanya dan hal ini lebih sesuai pada situasi
yang memerlukan kecepatan dalam pengambilan keputusan.
Gaya ini juga cocok untuk diterapkan pada situasi di mana pimpinan harus cepat mengambil keputusan sehubungan adanya desakan
para pesaing. Gaya otokratik ini tidak selalu jelek
seperti persepsi orang selama ini. Untuk menghadapi anggota
tim yang malas, tidak disiplin, susah diatur, dan selalu menjadi trouble maker, gaya kepemimpinan otokratik sangat tepat untuk digunakan oleh
seorang ketua tim.
Gaya Demokratik
(democratic style)
Pemimpin dengan
gaya demokratik pada umumnya meminta masukan kepada para
bawahan/stafnya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan, namun pada
akhirnya menggunakan kewenangannya dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh,
seorang manajer teknik di bagian produksi melontarkan gagasannya terlebih
dahulu kepada kelompok yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut untuk
mendapatkan tanggapan dan atau masukan sebelum mengambil keputusan
Gaya Bebas Terkendali
(free-reinstyle).
Pemimpin dengan
gaya bebas terkendali pada umumnya memposisikan dirinya sebagai
konsultan bagi para bawahannya dan cenderung memberikan kewenangan kepada para
bawahan untuk mengambil keputusan. Dengan gaya ini seorang pemimpin lebih
menekankan kepada unsur keyakinan bahwa kelompok pekerja telah dapat dipercaya
karena seringnya menyampaikan pendapat dan gagasannya, telah mengetahui apa
yang harus dikerjakan dan mengetahui bagaimanamengerjakannya sehingga pemimpin
hanya tut wuri handayani (broad based management).
Ketiga gaya
kepemimpinan tersebut dapat digunakan oleh seorang ketua tim sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Sekarang
apakah kamu sudah menemukan gaya kepeimpinan yang tepat untuk tim atau
organisasi yang kamu pimpin?
#jenis gaya
kepemimpinan
#gaya
kepemimpinan dalam perusahaan
#contoh
gaya kepemimpinan
#gaya
kepemimpinan yang baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar