Sabtu, Desember 12, 2020

Stroke, Serangan Jantung, Hipertensi dan Anemia (Penyakit atau Kelainan dan Gangguan Sistem Peredaran Darah)

Pengertian, perbedaan, persamaan, penyakit, gejala, akibat, peredaran darah.

 

Stroke merupakan kematian jaringan saraf di otak yang disebabkan oleh penyumbatan arteri di otak. Sedangkan serangan jantung adalah kematian jaringan otot jantung yang disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner dalam jangka waktu yang lama. Sementara itu, Kedua jenis penyakit ini erat kaitannya dengan trombus yang menyumbat arteri. Trombus terbentuk pada arteri koroner atau arteri dalam otak berupa gumpalan lemak, plak atau jaringan ikat. Gumpalan tersebut kemudian diangkut oleh peredaran darah sampai tersumbat pada arteri yang terlalu kecil untuk dilewati oleh Embolus tersebut. Pada saat ini jaringan di sekitarnya akan mati karena kekurangan oksigen.

 


Kebanyakan orang menganggap bahwa serangan jantung atau stroke adalah serangan yang tiba-tiba. Padahal kedua penyakit ini merupakan efek final dari kerusakan perlahan-lahan pada sistem peredaran darah. Pada jangka waktu yang lama, gumpalan yang disebut plak mulai menggumpal dan menyempitkan pembuluh darah, disebut juga dengan aterosklerosis. Faktor yang menyebabkan aterosklerosis antara lain merokok, kegemukan, makanan berlemak, kolesterol tinggi, dan kurang olah raga.

 

Salah satu kolesterol, yaitu LDL (Low Density Protein) menambah jumlah plak dalam pembuluh darah. LDL berbeda dengan HDL yang menurunkan gumpalan kolesterol dalam pembuluh darah.

 

Hipertensi meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Hal ini menjadi suatu peringatan bagi penderita untuk kembali ke gaya hidup sehat. Pada kebanyakan kasus lain, terjadi angina pultaris, yaitu perasaan sakit di dada akibat arteri koroner yang tersumbat.

 

Anemia merupakan salah satu gangguan terhadap pengangkutan oksigen atau rendahnya kadar hemoglobin dalam tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kehilangan banyak darah, misalnya karena pendarahan yang hebat, luka bakar, atau infeksi cacing (misalnya cacing tambang); gangguan pembentukan darah, misalnya karena kekurangan vitamin dan zat-zat makanan tertentu, atau dapat pula karena adanya kerusakan pada sumsum tulang, dan penghancuran sel-sel darah merah yang terlalu cepat dan banyak, misalnya karena penyakit malaria.

 

Anemia mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang, maka individu akan terlihat pucat atau kurang tenaga. Ada beberapa jenis anemia, antara lain:

  • Anemia hemoragi, terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal.
  • Anemia defisiensi zat besi, terjadi akibat penurunan jenis makanan, penurunan daya absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.
  • Anemia aplastik, akibat sumsum tulang tidak aktif ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia, atau kanker.
  • Anemia pernicious, karena tidak ada vitamin B12.
  • Anemia sel sabit (sickle cel anemia), adalah penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar