Pengertian, perbedaan, persamaan, penyakit, gejala, akibat, peredaran darah.
Stroke
merupakan kematian jaringan saraf di otak yang disebabkan oleh penyumbatan
arteri di otak. Sedangkan serangan
jantung adalah kematian jaringan otot jantung yang disebabkan oleh penyumbatan
arteri koroner dalam jangka waktu yang lama. Sementara itu, Kedua jenis
penyakit ini erat kaitannya dengan trombus
yang menyumbat arteri. Trombus terbentuk pada arteri koroner atau arteri
dalam otak berupa gumpalan lemak, plak atau jaringan ikat. Gumpalan tersebut
kemudian diangkut oleh peredaran darah sampai tersumbat pada arteri yang
terlalu kecil untuk dilewati oleh Embolus tersebut. Pada saat ini jaringan di
sekitarnya akan mati karena kekurangan oksigen.
Kebanyakan orang menganggap bahwa serangan jantung atau
stroke adalah serangan yang tiba-tiba. Padahal kedua penyakit ini merupakan
efek final dari kerusakan perlahan-lahan pada sistem peredaran darah. Pada
jangka waktu yang lama, gumpalan yang disebut plak mulai menggumpal dan
menyempitkan pembuluh darah, disebut juga dengan aterosklerosis. Faktor yang menyebabkan aterosklerosis antara lain merokok, kegemukan, makanan berlemak,
kolesterol tinggi, dan kurang olah raga.
Salah satu kolesterol, yaitu LDL (Low Density Protein) menambah jumlah plak dalam pembuluh darah. LDL
berbeda dengan HDL yang menurunkan gumpalan kolesterol dalam pembuluh darah.
Hipertensi
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Hal ini menjadi suatu
peringatan bagi penderita untuk kembali ke gaya hidup sehat. Pada kebanyakan
kasus lain, terjadi angina pultaris, yaitu perasaan sakit di dada akibat arteri
koroner yang tersumbat.
Anemia
merupakan salah satu gangguan terhadap pengangkutan oksigen atau rendahnya
kadar hemoglobin dalam tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kehilangan banyak
darah, misalnya karena pendarahan yang hebat, luka bakar, atau infeksi cacing
(misalnya cacing tambang); gangguan pembentukan darah, misalnya karena
kekurangan vitamin dan zat-zat makanan tertentu, atau dapat pula karena adanya
kerusakan pada sumsum tulang, dan penghancuran sel-sel darah merah yang terlalu
cepat dan banyak, misalnya karena penyakit malaria.
Anemia mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang, maka individu akan terlihat pucat atau kurang tenaga. Ada beberapa jenis anemia, antara lain:
- Anemia hemoragi, terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal.
- Anemia defisiensi zat besi, terjadi akibat penurunan jenis makanan, penurunan daya absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.
- Anemia aplastik, akibat sumsum tulang tidak aktif ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia, atau kanker.
- Anemia pernicious, karena tidak ada vitamin B12.
- Anemia sel sabit (sickle cel anemia), adalah penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar